Jumat, 10 Juni 2016

DI BRUNEI, BERBEDA KHUTBAH, PELANGGARAN!

Brunei Darussalam dan Indonesia adalah tetangga dekat. Negara dengan penduduk hanya 370 ribu orang ini terletak di bagian utara Pulau Borneo, masih satu pulau dengan Kalimantan. Dengan bahasa Melayu, negeri beristem kerajaan ini memiliki peranan penting di dunia. Meskipun secara wilayah tergolong cukup kecil, namun pantas disebut negara maju. Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia. Forbes bahkan menempatkan Brunei sebagai negara terkaya ke-lima dari 182 Negara (Wikipedia.org).
 
 masjid jame asr hassanil bolkiah brunei
(tampak dari keseluruhan)
 
masjid jame asr hassanil bolkiah brunei
(tampak dari depan)
 
Sebelum abad ke-16, Brunei memiliki peranan cukup penting dalam penyebaran Islam di wilayah Kalimantan. Bisa jadi karena hal ini pula antara Brunei dan Indonesia memiliki kemiripan dalam bermazhab, Syafi'i. Bahkan secara konsep akidah yang dipegang sudah termaktub "Melayu Islam Baraja" dengan pendoman Ahlussunnah Wal Jamaah. Begitu kentalnya agama Islam dalam sistem negara di Brunei menjadikan pengelolaan mesjid patut disimak karena memiliki corak yang khas. "Di Brunei,senua masjid merupakan milik negara. Pegawainya juga digaji oleh negara layaknya Pegawai Negeri Sipil. Tidak sembarangan orang boleh menjadi imama di suatu masjid karena harus memenuhi kriteria tertentu,". Negara dengan luas wilayah 5.756 km atau hampir dua kali lipat luas Surabaya ini, memiliki masjid yang dikelola pemerintah. Bahkan ketertiban pemerintah sudah dimulai sejak pembangunannya. Maka secara perizinan juga diatur ketat oleh pemerintah. Bahkan untuk uang yang dikumpulkan oleh masyarakat yang sifatnya sedekah ataupun wakaf untuk masjid, tetap harus memaki izin dari pemerintah. Hal ini yang menjadikan antara satu masjid dengan yang lain tidak ada warna golongan. Jika ada yang ingin mengadakan kegiatan yang sifatnya golongan, maka harus izin kepada pemerintah melalui kementerian agama.
 
 
Masjid Omar Ali Saifuddien di Brunei Darussalam
(tampak dari depan, view from Yayasan Mall)
 
Masjid Omar Ali Saifuddien di Brunei Darussalam
(view from Yayasan Mall)
 
Secara fungsi mesjid di negeri tertua kerajaan Melayu itu diciptakan sama, tidak ada istilah mesjid ini khusus untuk kegiatan mengaji atau hanya untuk belajar agama. Semua difungsikan sama. hal ini efek dari keteguhan pemerintah sebagai pengelola, sehingga agama Islam yang dikenal di Brunei hanya satu warna. Dengan sistem demikian, kegiatan keagamaan benar-benar terpusat di masjid, untuk pengajian anak-anak dilakukan dimasjid dan tidak ada taman pendidikan al Quran seperti yang ada di Indonesia. Bahkan untuk isi khutbah shalat Jumat harus seragam. Tidak ada yang berani berbeda. Jika ada yang berbeda, maka ditindak sebagai sebuah pelanggaran besar. Keadaan ini bukan bearti menyempitkan kebebasan berpendapat dalam tataran agama, namun lebih kepada manajemen dakwah yang terpusat sehingga pemerintah dapat mencegah potensi-potensi dari gerakan radikal yang mengatas namakan islam. Semoga hal kecil ini dapat dijadikan contoh oleh negeri kita tercinta, Indonesia. Allahukabar
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar